Rabu, 14 Desember 2022

PEMEROLEHANAN KOSA KATA PADA ANAK-ANAK

        PEMEROLEHANAN KOSA KATA PADA ANAK-ANAK

 Menurut berbagai temuan penelitian, anak usia 0-8 tahun merupakan masa yang sangat penting dalam memperoleh pendidikan, baik pendidikan formal maupun mendidikan nonformal yang berasal dari lingkungan keluarga. Anak usia 0-8 tahun  harus diajarkan, diberikan contoh  atau tindakan yang positif karena pada usia tersebut anak akan cepat menyerap contoh atau tindakan yang diajarkan, baik itu tindakan positif maupun tindakan negatif.

Anak usia dini ditandai dengan pertumbuhan fisik dan mental yang sangat cepat. Pertumbuhan dan perkembangan dimulai sebelum lahir, yaitu saat masih dalam kandungan. Sel saraf otak akan berkembang dan berfungsi sebagai produksi kecerdasan. 

Ada dua unsur yang sangat memicu terjadinya perkembangan kecerdasan anak sejak lahir, yaitu pemenuhan gizi yang padat dan seimbang serta dorongan dan rangsangan positif yang diberikan kepada keluarga.

Selain perkembangan fisik, Perkembangan moral juga terjadi, seperti perkembangn kepribadian. Perkembangan karakter, perkembangan, sosial, perkembangan emosional, perkembangan intektual, dan perkembangan bahasa.   Menurut Chomsky (dalam Hasan,2009) “ Faktor alami yang mempengaruhi pemerolehan bahasa yaitu setiap orang sejak lahir memiliki seperangkat pengaturan bahasa yang dikenal dengan  LAD (language acquisition device )”

Sejak usia satu tahun, perkembangan fisik anak akan berdampak pada kemampuan verbalnya. Kemampuan otak anak usia satu tahun akan membentuk kata-kata dan menghubungkan kata-kata tersebut. Pada saat anak berusia dua tahun,  ia telah mendengar banyak kosa kata atau memiliki berbagai kosa kata. Setelah balita mencapai usia tiga tahun, kosa katanya mulai menyerupai orang dewasa. Mereka sudah mengetahui perbedaan antara saya, kamu, kita dan dia.

Sedangkan anak yang berusia empat tahun sudah menggunakan kalimat yang terdiri dari empat sampai lima kata. Mereka juga dapat menggunakan preposisi seperti di bawah, di dalam m di atas, dan di samping.

Pemerolehan kosa kata pada anak usia tiga sampai empat tahun dimulai dengan kemampuan mengucapkan sebuah kata, dan kemudian berkembang menjadi dua, tiga empat kata dan seterusnya, sehingga membentuk kalimat sederhana.  Contohnya: (1) “saya” merupakan satu kata, berkelas kata pronominal; (2)“saya makan” merupakan dua kata, “saya” berkelas kata pronominal, dan “makan” berkelas kata verba; (3) “Saya makan nasi” merupakan tiga kata “saya” berkelas kata pronominal, “makan”  berkelas kata verba, dan "nasi” berkelas kata nomina.

Menurut Suci (dalam Julisah Izar, dkk,: 71) “kelas kata bahasa Indonesia terdiri atas kata benda (nomina), kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva), kata ganti (Pronomina), kata keterangan (adverbial), kata bilangan (numeralia), kata hubung (konjungsi), kata seru (interjeksi)”

Anak - anak yang berusia tiga sampai empat tahun yang tinggal di komplek Bima Jalan Lasinrang, Kecamatan Paleteang, Kabupaten Pinrang. Mereka lebih banyak menggunakan kelas kata nomina dari pada kelas kata verba. Mereka menggunakaan kata verba dalam berkomunikasi karena digunakan secara berulang-ulang, seperti kata verba  mancing”, “kejar”, “lari”,”sembunyi”, “minum”, “makan” dan sebagainya maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti pemerolehan kosa kata bahasa Indonesia anak usia tiga sampai empat tahun di komplek Bima Jalan Lasinrang, Kecamatan Paleteang, Kabupaten Pinrang

Rabu, 30 November 2022

Tradisi Ma'nene Suku Toraja


Tana Toraja dikenal sebagai daerah yang memiliki beragam keunikan warisan budaya yang sangat tinggi, selain itu, kepercayaan animisme Toraja mengaburkan batas antara dunia dan akhirat, membuat orang-orang yang sudah meninggal tetap bisa berjumpa dengan orang-orang yang masih hidup di dunia. Begitu seseorang meninggal dunia, jasadnya tidak langsung dimakamkan, tapi disemayamkan terlebih dahulu selama berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun. Sementara itu, pihak keluarga menjaga dan merawat jenazah. Jenazah diperlakukan layaknya orang yang tengah sakit. Keluarga akan membawakan makanan, minuman dan rokok dua kali sehari. Jenazah dimandikan dan dipakaikan baju secara teratur. Keluarga bahkan menyediakan sebuah mangkuk yang digunakan sebagai "toilet" untuk almarhum di sudut ruangan. Jenazah tidak pernah ditinggalkan sendirian dan lampu selalu dinyalakan saat hari berganti gelap. Keluarga khawatir jika mereka tidak mengurus jenazah dengan baik, maka mereka akan ditimpa kesulitan.

Kepercayaan Aluk Todolo memiliki ajaran mengenai hubungan manusia (hidup) dengan orang mati, yaitu apabila seseorang yang baru mati dan belum sempat dimakamkan, maka orang yang mati tersebut hanya dianggap sebagai orang yang sedang terbaring, sedang dalam keadaan sakit, yang sering disebut dengan istilah tomakula’. Tomakula’ ini diperlakukan sebagai orang yang masih hidup yang dalam keadaan sehari-hari masih disajikan makanan dan minuman. Hal itu berlangsung hingga saatnya diadakan upacara Rambu Solo’ yang menandakan bahwa orang tersebut telah dalam keadaan mati dan siap untuk dimakamkan.

Salah satu upacara adat kematian suku toraja yaitu upacara ma’nene.  Upacara Ma’nene merupakan sebuah upacara mengganti busana jenazah leluhur. Pada saat Ma’nene berlangsung, peti-peti mati para leluhur, dikeluarkan dari makam-makam dan liang batu, kemudian diletakkan di tempat upacara. Pada saat yang sama, sanak keluarga dan para kerabat sudah menunggu dan berkumpul. Kemudian dengan hati-hati, wakil dari keluarga mengeluarkan jenazah dari peti dan kemudian mereka memasangkan pakaian yang berupa kain baru ke tubuh mayat.

Ma’nene dilaksanakan yaitu untuk memperbaharui peti mayat yang telah rusak, mengganti pakaian jenazah, serta juga biasanya memberikan sesajian baru kepada jenazah. Ma’nene dilakukan selama kurang lebih satu minggu. Upacara Ma’nene yang dilaksanakan masyarakat Toraja dianggap sebagai wujud kecintaan mereka pada para leluhur, tokoh dan kerabat yang sudah meninggal dunia. Mereka tetap berharap, arwah leluhur menjaga mereka dari segala gangguan jahat, hama tanaman dan juga kesialan hidup.

Prosesi dari ritual Ma'Nene dimulai dengan para anggota keluarga yang datang ke Patane untuk mengambil jasad dari anggota keluarga mereka yang telah meninggal. Patane merupakan sebuah kuburan keluarga yang bentuknya menyerupai rumah. Lalu, setelah jasad dikeluarkan dari kuburan, kemudian jasad itu dibersihkan. Pakaian yang dikenakan jasad para leluhur itu diganti dengan kain atau pakaian yang baru. Biasanya ritual ini dilakukan serempak satu keluarga atau bahkan satu desa, sehingga acaranya pun berlangsung cukup panjang. Setelah pakaian baru terpasang, jenazah tersebut kemudian dibungkus dan dimasukan kembali ke Patane. Rangkaian prosesi Ma'Nene ditutup dengan berkumpulnya anggota keluarga di rumah adat Tongkonan untuk beribadah bersama. Ritual ini biasa dilakukan setelah masa panen berlangsung, kira-kira di bulan Agustus akhir.

Ritual Ma'nene lebih dari sekedar membersihkan jasad dan memakaikannya baju baru. Ritual ini mempunyai makna yang lebih, yakni mencerminkan betapa pentingnya hubungan antar anggota keluarga bagi masyarakat Toraja, terlebih bagi sanak saudara yang telah terlebih dahulu meninggal dunia. Masyarakat Toraja menunjukkan hubungan antar keluarga yang tak terputus walaupun telah dipisahkan oleh kematian. Ritual ini juga digunakan untuk memperkenalkan anggota-anggota keluarga yang muda dengan para leluhurnya.

Bagi masyarakat Toraja Utara di pedesaan, Ma’nene memang merupakan tradisi untuk menunjukkan rasa kasih sayang kepada anggota keluarga yang telah berpulang. Informasi lebih lanjut yang didapatkan bahwa terdapat unsur kasih sayang yang ditunjukkan dengan membersihkan atau mengganti baju dan kain jenazah. Merawatnya agar tetap bersih meski jasad telah lapuk dimakan usia. Selain itu,  keluarga juga memasukkan barang atau makanan kesukaan mendiang semasa hidup, seperti sirih dan kopi, ke dalam liang. Hal tersebut bukan untuk pemujaan. Tetapi semata-mata bentuk kasih sayang kepada keluarga yang telah tiada.

Meski dikatakan ritual, prosesi Ma’nene tak lantas berarti sarat unsur mistis. Setidaknya untuk saat ini. Prosesi yang mereka jalankan sekarang lebih banyak dipengaruhi ajaran Kristen., karena 90 persen orang Toraja adalah Kristen, maka tradisi Ma’nene itu sendiri kemudian dikristenkan. Ma'nene menjadi momen bagi seluruh keluarga untuk berkumpul. Anggota keluarga yang merantau ke tempat-tempat yang jauh pun akan sebisa mungkin berusaha pulang demi menghadiri upacara sakral itu , sekaligus untuk melepas kerinduan kepada keluarga dan kampong halaman.

Ma'nene sendiri punya dua makna sesuai dengan keyakinan masyarakat Toraja pada umumnya, istilah Ma'nene dipahami dari kata nene’ alias "nenek" atau leluhur atau orang yang sudah tua. Selain itu, ada juga yang mengartikan  Nene’  sebagai orang yang sudah meninggal dunia. Baik meninggal dalam usia tua maupun meninggal dalam usia  muda sama-sama. Kata nene’ kemudian diberi awalan “ma” yang jika digabung dapat diartikan sebagai “merawat mayat”. Ma'nene adalah bagian dari upacara Rambu Solo' atau upacara kematian dalam tradisi suku Toraja yang memang berlangsung panjang.

Pada hari yang telah ditentukan, keluarga datang ke lokasi persemayaman jenazah. Mayat telah diawetkan dan tersimpan rapi di dalam peti,  kemudian dibersihkan dan diganti pakaiannya. Pakaian yang dikenakan kepada mayat merupakan pakaian kebanggaan atau kesukaan ketika masih hidup. Semisal dia dulu berprofesi sebagai polisi, maka yang dipakaikan bisa seragam polisi, lengkap dengan atributnya.

Tradisi Ma’nene dapat pula dimaknai sebagai ritual untuk mempererat silaturrahim sehingga keluarga yang berada diperantauan bisa datang menjenguk orang tua atau Nene To'dolo (nenek moyang). Prosesi mengganti pakaian satu mayat tidaklah lama, hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Usai mengganti pakaian mayat leluhur, masyarakat kampung berkumpul mengikuti acara makan bersama.

Adapun makna penyimpanan peti jenazah di dalam Batu dimaknai bahwa batu dipercaya sebagai simbol ”kuat dan abadi”. Mayat yang disimpan di dalamnya akan lebih awet, tidak segera membusuk seperti jika dikuburkan dalam bumi.


Dikutip dari penelitian Rudy Gunawan dan Merina  pada jurnal Candrasangkala, Vol. 4, No. 2, 2018.

Selasa, 15 November 2022

TEBING MANDU TONTONAN MAKAM DI ATAS TEBING



Makam tebing ternyata tidak hanya ditemukan di Tanah Toraja, ternyata makam tebing juga dapat kita temukan  di Kab. Enrekang. Makam ini merupakan situs prasejarah yang dikenal dengan nama Makam Tebing Mandu Tontonan.

Tebing Mandu Tontonan merupakan tempat penguburan mayat para raja. Situs prasejarah ini terletak di dusun Tontonan, Kecamatan Anggeraja, Kab. Enrekang. Situs ini berjarak 73 km dri kota Enrekang.

Tebing ini menjulang vertikal dan tegak lurus setinggi  sekitar 100 meter.  Di tengah tebing terdapat teras atau lubang memanjang terlihat seperti pahatan tangan manusia. Lubang tersebut berfungsi untuk  meletakkan peti jenazah yang mirip dengan peti (erong) yang ada di Toraja. petih-petih tersebut merupakan kuburan tua. Uniknya peti-petih tersebut berbentuk seperti perahu dan di dalamnya masih terdapat tengkorak manusia. 

Belum ada informasi lebih jelas mengenai sejarah tebing mandu tontonan.. Apakah dipahan manual dengan tangan manusia atau terjadi alami karena faktor alam dan bagaimana manusia dulu menaikkan mayat ke atas tebing. Hal tersebut mungkin bisa menjadi revensi judul penelitian bagi teman teman arkealogi atau sejarah yang masih bingung mencari topic penelitian. Selain itu, Tebing Mandu Tontonan memang penting untuk diteliti.

Menurut cerita yang didapat, kuburan batu ini masih memiliki hubungan erat dengan manusia pertamayang mendiami pulau Sulawesi, yang sekarang,, bermukim di Tanah Toraja. Ada yang beranggapan bahwa, makam yang berada di tebing ini merupakan makam leluhur orang Toraja.

Situs tebing mandu tontonan merupakan objek wisata perpaduan wisata alam dan sejarah. Hal tersbut membuat  tebing mandu tontonan banyak didatangi pengunjung. Di tempat ini, Kita dapat memanjakan pikiran, hati dan mata. Sungai tontonan  dan batu batu dibawah tebing  menambah agung keperkasaan tebing Mandu Tontonan.

Kita bisa duduk di atas bebatuan sungai,  semberi mendengar kicauan burung dan menghirup udaha segara. Di dalam area tebing mandu terdapat beberapa gazebo yang sering digunakan pengunjung untuk beristirahat. Namun sayang, tempat wisata ini belum mendapat perhatian maksimal, fasilitas untuk wisatawan di pinggir sungai inipun masih sangat minim.  Selain itu,  Para pemanjat tebing sering memacu adrenalinnya di tebing Tontonan setiap tanggal 17 Agustus, para pemanjat tebing akan mengibarkan bendera raksasa di sini.

Tebing mandu tontonan adalah, bagian dari khasana budaya dan sejarah  Sulawesi selatan yang harus dijaga dan dilindungi, karena situs ini memiliki nilai sejarah dan budaya manusia di masa lampau, berjuta-juta tahun yang lalu.


Rabu, 09 November 2022

Sumur Manurung Lapakkita Peninggalan Kerajaan Alitta

 


https://youtu.be/mBuOD_AOoNw

DRAF SUMUR MANURUNG LAPPAKITA

 

sejak zaman nenek moyang hingga sekarang,  masyarakat Indonesia sebagian besar masih memiliki  kepercayaan animism dan dinamisme meskipun, mereka memiliki agama. Mereka percaya adanya tempat-tempat yang memiliki kekauatan magis

Sebagian besar kepercayaan  akan adanya tempat-tempat yang dianggap memiliki kekuatan magis   tak lepas dari adanya cerita-cerita rakyat yang selalu mendampingi keberadaan tempat-tempat tersebut .

Begitu pula yang terjadi di Kab. Pinrang    tepatnya di desa Alitta, kec Mattiro bulu. Di daerah ini terdapat sebuah tempat  yang dianggap oleh warga memiliki kekuatan magis. Tempat tersebut dikenal dengan nama Bujung manurung lapakkita.

Masyarakat setempat percaya bahwa   tempat ini merupakan tempat bersejarah pada masa kerajaan Alitta  yang ke tiga,  yaitu raja La Massora  yang menarik dari kisah ini  ialah  istri raja La Massora bukan merukan manusia biasa, tetapi ia adalah seorang bidadari yang turun dari kayangan. Itulah ceriita yang beredar saat ini (berbicara di depan sumur)

            Bujung manurung Lapakkita .    Bujung berarti sumur    manurung berarti manusia yang turun dari langit, dan Lapakkita adalah nama dusun tempat sumur ini berada.  Bujung manurung lapakkita merupakan peninggalan di masa kerajaam Alitta. Sumur ini muncul bersamaan dengan adanya cerita rakyat pada masa itu.  Menurut cerita masyarakat setempat ,  sumur ini dibuat oleh raja Alitta  yaitu raja La Massoran atas perintah dari istrinya. Istri  raja La Massora adalah seorang bidadari yang berasal dari kayangan. Ia meminta dibuatkan sumur karena tidak ingin mandi dengan air manusia.  Begitulah cerita-cerita yang tersebar dan dipercaya oleh  masyarakat tentang tempat itu.

Bujung manaurung lapakkita telah menjadi cagar budaya yang harus dilestarikan . Sumur ini sifat dangkal. Namun, sumur ini tidak perna meluap di musim hujan dan tidak perna kering di musim kemarau. Dari dulu sampai sekarang jumlah debit airnya tetap sama. Hingga kini, masyarkat percaya adanya unsur magis yang membuat air sumur tidak perna berubah. Dinding sumur ini terbuat dari batu-batu gunung. Sumur manurung lapakkita diperkirakan berada ditempat itu sejak tahun 19600 

Disamping Sumur Manurung Lapakiita, ada sebuah rumah-rumah kecil yang berisikan batu  yang dianggap sebagai batu raja karena menurut penjaga sumur tersebut  batu ini  muncul tepat pada saat raja  Alitta menghilang dan tak ditemukan jejaknya. Batu ini  juga dipercaya memiliki kekuatan magis, sehingga tak sedikit pula orang yang mengunjungi batu tersebut   untuk meminta berkah kepada Tuhan

Adanya kepercayaan terhadap Sumur Manurung Lapakkita dan batu yang mendampinginya   tak lepas dari kepercayaan setiap individu , entah   mau percaya atau tidak . Entah menganggap kemusyirikan atau bukan?, tentu kembali ke individu masing-masing .  Yang perlu kita ingat pencipta kita hanya satu yaitu Allah Subhana wa ta’alah. KepadaNyalah kita menyembah dan kepadaNyalah kita kembali.  

 

 

 

Senin, 15 Desember 2014

TETAPLAH MENJADI KARANG TEGAR DAN RAIH MIMPIMU!



TETAPLAH MENJADI KARANG TEGAR DAN RAIH MIMPIMU!
Oleh: Benim Güzel Ülku

Entahlah, aku juga tidak tahu. Sepulang dari IECamp, pikiranku tertujuh pada satu titik, yaitu seseorang. Entahlah, aku juga tidak tahu, mengapa tanganku ingin sekali berkolaborasi dengan pikiran untuk menciptakan satu tulisan. Tulisan tentang dirinya, tulisan kekal tentang perempuan itu. Perempuan yang kukenal selama dua minggu, dua minggu ini, tanpa ia sadari telah membuatku penasaran akan dirinya. Entahlah, kawan. Aku juga tidak tahu apakah dia mengetahui prihal tentang diriku yang diam-diam namun dilema tentangnya. Kawan, hati dan pikiran terbungkus rapi dengan rasa keingintahuan.
Selama di IECamp, aku mulai akrab denganya, mungkin, tanpa dia sadari, dia adalah salah-satu perempuan yang telah memerbaruhi semangatku untuk hidup, karena, ingat kawan, kehidupan ini keras, maka kita harus lemah lembut untuk menjalaninya. Ibaran “Perempuan”, iya, kehidupan ini ibaran perempuan, bukan sembarang perempuan. Kehidupan ini ibarat perempuan keras nan penuh dengan emas-emas yang bergelantungan di leher, tangan, dan bahkan kakinya maka dari itu kita harus menghadapi kehidupan dengan lembut, namun tegas. Kawan, ingat, jangan sekali-kali menghadapi kehidupan dengan keras, karena semakin kita keras maka kehidupan juga akan lebih keras.
Aku sangat bangga mengenal perempuan dua minggu itu, sebut saja Rosa (Samaran). Dia adalah perempuan lembut tetapi tegas, ingat! Dan dia telah menjalani kehidupan dengan derai-derai perjuangan, maka hasil yang diperoleh dari dirinya yaitu “Mandiri dan kedewasaan”. aku terkesan, ketika dia sedang duduk disampingku sambil menatap masa lalu dengan senyum, iya, dia menceritakan sebagian cerita yang perna dia alami. Dan aku menjadi irih, ingin menjadi perempuan mandiri seperti dirinya. Benar, pada dasarnya menjalani kehidupan ini bagaikan bermain game, hati-hati dengan game over. dan berbahagialah kita ketika dilandah problem karena problem akan mendewasakan.
Hari ini, ketika hari terakhir di IECamp, aku bersekutu dengan waktu, dan kemudian menyusun taktik untuk menemukan karang, karang yang bedah dengan karang-karang lain. Dan aku berhasil, mendapatkan karang yang tegar itu “Karang yang tegar  adalah karang yang dapat melihat indahnya dunia” dan itulah dia. Dari dulu, dia sangat tegar menjalani hidup, dia tegar untuk berusaha untuk menggapai cita-citanya, bahkan pada saat koma sekalipun dia tetap berusaha tersenyum untuk orang lain. Dan aku bangga karena dia berani untuk bermimpi, tetap semangat sist, yakin dan percaya suatu saat kau akan menggapai mimpi itu, dan kita sama-sama meraih mimpi kita masing-masing. Jika kita telah meraihnya, tulisan ini akan menjadi sejarah antara kita disuatu saat nanti “Jangan perna memadamkan api semangat, sebelum api tersebut membara”, tetap menjadi karang yang tegar! Keep spirit.

Kamis, 27 Maret 2014

KPI (KEILMUAN PENALARAN ILMIAH): MENGORES INOVASI DAN INSPIRASI PEMUDA DI KOTA GUDEG



KPI (KEILMUAN PENALARAN ILMIAH): MENGORES INOVASI DAN INSPIRASI PEMUDA DI KOTA GUDEG
Oleh: Benim Güzel Ülku, Jurusan Sastra Indonesia/2013

Ketika malam masih berkuasa, angin Kota Makassar sesekali mengantar keberangkatan kami di Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin menuju Kota Gudeg. Iya, selain kota pendidikan, kami juga menjuluki kota tersebut sebagai Kota Gudeg, karena gudeg merupakan makanan tradisional masyarakat sekitar. Kami transit di Bandar Udara Juanda, Surabaya dan melanjutkan perjalanan dengan menggunakan travel menuju Jogjakarta.
Malam masih seperti kemarin, gelap menutupi bumi, namun suasananya berbeda. Dari bandara Juanda kami para delegasi KPI UH menempuh perjalanan panjang hingga tiba di Jogja. Kurang lebih 9 jam menggunakan mobil travel. Perjalanan yang sangat melelahkan, namun mata tak mau kalah menelusuri titik demi titik kota. Kami yang terdiri atas lima orang, Andry Setiawan, Darwan Saputra, Nurul Hikma, Syuraswasti Muhidin  dan Murnisma  membawa tanggung jawab sebagaidelegasi UKM KPI di Jogjakarta dalam rangkah GIPI (Gebyar Inovasi Pemuda Indonesia) ke-2 yang diadakan selama tiga hari, pada tanggal 7 s.d. 9 Maret 2014.
Setiba di Jogjakarta, kami disambut dengan pembukaan acara GIPI di Aula Asrama Haji Transit Jogja. Suasana dan iklim belum bisa bersahabat namun tetap menyambut kedatangan kami. Kami bertemu dengan para delegasi, peserta Miti Paper Award dan Neuron Award dari se-antero nusantara.
Hari pertama, selesai sarapan, pukul 10.00, mulailah kami mempersiapkan diri  mengikuti serangkain acara yang menurut kami luar biasa menginspirasi. Hari itu, 7 Maret 2014 rangkain acara, yakni Neuron Award
"Presentasi neuron adalah pertemuan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Penalaran se-Indonesia, ini penting karena bisa mengetahui bagaimana alur kaderisasi, program-program besar UKM Penalaran di masing-masing perguruan tinggi, bagaimana perkembangan program hibah bina desa, mengetahui sudah berapa hasil peneliti yang diaplikasikan untuk masyarakat dan kita mampu membandingkan program kerja disetiap UKM Penalaran se-Indonesia dan juga UKM KPI UH yang di usianya yang masih belia sudah mampu bersaing dengan UKM penalaran se-Indonesia," kata Ketua Umum UKM KPI Universitas (?), Andry.
Sedangkan, di ruangan Miti Paper Award hampir runtuh dengan semangat pemuda Indonesia untuk menjadi penggerak bangkitnya ilmuwan dan teknologi Indonesia agar berkarya lebih nyata dan berperan serta secara aktif dalam pembangunan nasional dan penyelesaian masalah bangsa. Salah satu ide pemenang dari kompetisi tim berasal dari Universitas Negeri Jogjakarta adalah "Table Taprarer Miror" yaitu, alat bantu berbentuk cermin, dilengkap dengan tombol-tombol yang saya tidak tahu namanya. Alat itu untuk anak tuna wicara.
Kami, para delegasi UKM KPI UH sangat terpukau melihat ide kreatif nan inovatif dari anak-anak bangsa.  Ada banyak hal yang bisa diambil dari kedua kompetisi di atas, yaitu: ide inovasi perbarukan dan inspirasi dari para pemuda Indonesia.
Hari kedua juga tak kalah menarik dan sangat dinanti-nanti, ke UGM dengan para pemuda hebat? Siapa yang tak mau? Hal ini merupakan suatu kebanggan, bukan?. Pukul 06.00 kami sudah bersiap-siapa menuju Graha Sabha Pramana, Auditorium Universitas Gadjah Mada dengan mengendarai bus. Saya, Syurah, dan  Hikma berada di bus pertama, bersama peserta lain, sedangkan Andri dan Darwan berada di bus kedua. Panitia telah menyiapkan tiga bus untuk kami.
Kami bercanda gurau dengan para peserta lain. Ada yang saling berkenalan, bercerita dan masih banyak jenis tema dialog di dalam bus yang kami tumpangi. Di sepanjang perjalanan, mata saya kembali berulah, tak berhenti menyapu bersih titik demi titik yang dilalui. Tiba di halaman UGM, keindahan dan keasrian Kampus Bulaksumur itu menyambut kami dengan ramah. Tanaman hijau di sekitar Aula pun tersenyum sejuk, seketika itu, kami diarahkan masuk ke dalam aula. Tahukah, sebagian peserta GIPI dari beberapa wilayah, termasuk saya, terpukau melihat arsitektur bangunan aula UGM. Bangunan yang sangat klasik, ruangan yang luas. Dari pintu masuk, kami sudah disambut dengan karpet merah dan kerlap-kerlipan lampu yang menambah keeleganan ruangan.
Acara hari ini adalah international conference yang dibuka oleh Wakil Rektor III Universitas Gadja Mada, Jogjakarta dan dirangkaikan dengan International Youth Expo. Acara ini dibawakan oleh Dr Tofoel Ahmed (Japan) Associate Professor in Agrobiology, Prof Franz Gelbke (Germany) Communication and computer Scince Spicialist, Prof Dr Subagus Wahyuono, M.Sr., Apt (Indonesia) Dean of Faculty of Pharmacy UGM dan Dr Warsito Purwo Taruno M. Eng (Indonesia) The Inventor
Seminar ini dipenuhi oleh para peserta dari beberapa wilayah di Indonesia. Saat berlangsungnya acara, para peserta dengan hikmat mendengarkan lentungan materi berbahasa Inggris yang keluar dari mulut pemateri-pemateri hebat.
Pukul 15.00, acara selesai dan kami pun bergegas keluar untuk menunaikan salat ashar. Setelah itu melihat-lihat Stand Expo yang dibuat oleh panitia GIPI. Stand Expo adalah pameran karya anak bangsa, mulai dari karya cipta sampai dengan pengabdian masyarakat. Sungguh, kami, termasuk saya berlabuh di lautan manusia, berkeliling, melihat, dan menyapu bersih stand-stand yang ada. Dalam hati berdecak "Anak bangsa juga bisa menyipta".
Nah, selesai berkeliling stand, selama kurang lebih satu jam, inilah tujuan kedua kami, bertemu dengan alumni-alumni UKM KPI UH yang kuliah atau mengambil pendidikan S-2-nya di IPB dan UGM. Sebut saja Edwin dan Arfi. Tak  mengambil waktu lama, kami pun meninggalkan Aula Graha Sabha Pramana bersama Edwin dan Arfi.  Enaklah kami mau diajak ke mana oleh mereka. Tak tahu, yang saya tahu hanya berkeliling UGM. Mata saya, termasuk Syura tetap saja bawel, melirik ke kiri dan ke kanan. Maklum baru pertama menginjakkan kaki di salah satu Universitas ternama di Indonesia. Kami berjalan beriringan.  Darwan tak  bisa ikut dengan kami karena ada urusan yang harus dia selesaikan. Sayang sekali kawan, kurang satu delegasi KPI UH.
Baru sadar, ternyata kami dibawa menikmati jus buah ala Jogja sambil menikmti suasana jogja di sore hari. Waktu itu kami memilih meja yang enak dan nyaman untuk berdiskusi dan sharing mengenai banyak hal. Banyak hal yang tak bisa saya ceritakan di tulisan ini, karena hal ini kemaslahatan kami bersama. Yang intinya sharing banyak hal, hehhehehe.
Puas bertukar pendapat dengan didukung dengan segelas jus buah, kami pun bergegas pulang, kembali ke Asrama Haji Transit Jogjakarta menggunakan taxi. Gelapnya malam pun sudah mulai berkuasa waktu itu.
Tak kalah menarik, di tempat yang sama seperti kemarin, hari ketiga kami di sini. Sepertinya mengulang sebagian skenario. Hari ini tema acaranya yaitu Indonesian Intelectual Summit.  Nah ini acara yang sangat menginspirasi dan menambah wawasan tentang intelectual Indonesia. Hari ini rombongan kami duduk di bagian belakang karena datang terlambat. Selesai acara ini, kami pun mengabadikan momen bersama peserta lain, karena hari ini adalah hari penutupan dan berakhirnya semua rangkaian acara yang ada di Jogja. Ucap kata selamat tinggal tak henti-hentinya dilantunkan, berharap akan bertemu mereka lagi di suasana dan di tempat yang tak kalah luar biasanya. Sungguh pengalaman luar biasa, bisa bertemu dengan pemikir-pemikir inovatif se-Indonesia.
Selesai acara ini, kami pun bergegas keluar dari aula karena ada tiga orang menunggu kami di tempat yang sama, di Stand Expo, yaitu Edwin, Arfi dan Afni. Hanya saja Edwin tidak bisa menemani agenda kami sore itu, karena ingin kembali ke Bogor, acara GIPI ke-2 juga telah selesai.  Afni dan Arfi membawa kami melihat-lihat UGM, benar-benar luar biasa. Kami dibawa melihat Fakultas Psikolagi, Fakultas Kimia, Fakultas Ilmu Budaya, dan Kantor Pusat UGM. Sungguh luar biasa, langkah kaki beriringan dengan debu  vulkanik. Tak mau ketinggalan, setiap menelusuri setapak jalan kami pun mengabadikan momen. Puas berkeliling UGM, kami kembali bertukar pikiran sambil mengisi perut yang masih terisi dengan semangkok bakso khas Jogja.
Hingga kami pulang ke penginapan (karena kami telah check out di Asrama Haji tadi siang), beristirahat karena besok ada agenda yang paling dinanti-nanti, yaitu berkeliling di Malioboro, keraton dan mencari oleh-oleh khas jogja untuk dibawa pulang ke Makassar. Dan tak afdal rasanya kalau tidak mengibarkan bendera pusaka KPI di Candi Prambanan. KPI, benar menguras inspirasi dan inovasi di kota Gudeg. Jayalah UKM KPI UH.
Mengibarkan sang saka KPI di Candi Prambanan

Stand Expo di UGM

Sabtu, 20 Juli 2013

Kisah Jejak Tradisi Daerah II di Provinsi Sulawesi Barat


Saya mencintai budaya? Tentu! J
Yah,,, awalnya saya tidak suka membahas tentang budaya karena terkesan kolot, kampungan, ngga gaul dan ketuaan. 
Saya mencintai tulisan? Tentu dan banget ! bergelut dalam dunia kepenulisan. Ilmiah contohnya. Kepenulisan karya tulis ilmiah membuatku mencintai budaya melalui acara Jejak Tradisi Daerah yang diselenggaran oleh Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.
Saya  salah satu peserta dari beberapa peserta yang terpilih  mewakili sekolah dalam mengikuti Jejak Tradisi Daerah (Jetrada) di Provinsi Sulawesi Barat. Kalau dibilang bangga,, yahhh sangat :D
Acaranya seruh,, banyak kesan dan pengalaman.. J lucu :P
Ngga diisinin cerita,, yahh,, pasti saya tetap cerita,, harus cerita (titik)!!
Saya dan Kucing Senja, panggil saja Dirga diutus sekolah ke Majene untuk acara itu. Seru !!!! banyak teman dari beberapa sekolah J ada dari SMAN 15 Makassar, SMAN 21 Makassar, SMAN 1 Bantaeng, SMAN  2 Majene, SMAN 3 Polewali, SMAN 1 Polewali, SMAN 1 Toraja Utara, SMAN 3 Makale, SMAN  9 Kendari, SMAN 2 Kendari, SMAN 1 Limbung. SMKN 1 Makassar, SMAN 1 Pamboang Majene, SMAN 22 Makassar, SMAN 3 Bau-bau, SMAN 1 Soppeng, SMAN 1 Pancarijang, SMK 1 Belopa, SMK 1 Limbung, SMAN 1 Bungoro, MAN Aliah, 1 Mamasa,  MA Maros,  dan SMAN 1 Pinrang (sekolah tercinta)

  

Kalau dibilang bangga, waaaaooouuuuuuyyyyuuuuUUU,, sangat dan sangat bangga mengenal mereka. Mereka adalah siswa-siswi pilihan. Lihat aja, style mereka jenius-jenius.. hehehhe serius !!! J
Nah,, pas saya dan Dirga sampai di Majene (kota penuh kengan), kami mengenal satu sama lain. Kami para peserta menginap di Wisma Tasya Center (TC), teman satu kamar saya cantik lhoooo.. Namanya Reski Yanti Bakri, panggil saja KIKI.. klo si pembaca mau minta nomor hpnya, jngan minta ke saya yah,,, takut soalnya.. :P nanti Kikinya nangis, heheh maafnya Kiki :)
Saya gelisah satu kamar dengan Kiki, bukan cantiknya, tapi logat-nya lucu,, logat khas Sidrap..  saya Auditorian, takut ketularan logat khasnya,, itu membuat saya gelisa (malam pertama di Majene saya kirim sms keteman sekelas saya, , saya bilang gini “kalian jangan heran klo pas pulang dari Mejene logat saya jadi aneh,, logat khas sidrap, adopsi dari teman sekamar saya soalnya heheh” )
Saya di Majene 4 hari, 4 hari itu nda bisa dilupakan, banyak kesan dan pengalaman. Saya punya teman baru syarifah, Idam Maruddani, Annisa, Faisal, Mutmainnah, A. Topan, Nurfiani, Nurjannah, Rizaldi, Riandy, Idham, Nurhidaya, Fauzi, Muryadin, Gracelia, Ricki, Juniarti, Salmiah, Rahman, Nurmina, Laode, Afdal, Isnaeni, Fachri, Sulaeha, Mutmainnah, Indah,Yohana, muh Fahri, Akbar, Rahmat Rusli, Saidina Umar, Nurul Fadlia, Fahira, Reski Yanti, Heriwiyaja, Zakiah, Monica, Qizti, Hasraeni, Nurhaeda, Wahda,Nurannisa, Andi Sukri, Hasbullah, Hasriadi, Dirga (Kucing Senja), Ratna dan Kristina
 Mereka yang membuatku mencintai dan menghargai budaya karena mereka membawah budaya mereka sendiri, disitulah aku sadar ternyata budaya adalah jatih diri bangsa...:( maafkan aku yah budaya L (saya nda bercanda,,saya serius sedih,, L)
Selain itu, empat hari disana saya punya banyak pengalaman karena hari pertama perkenalan dan hari kedua kita mengisinya dengan observasi atau berkunjung ketempat pendaur ulang tali di desa Karama Kec. Balanipa Kab Polewali Mandar dan angjangsana di seputar lokasi Mapptamma Al-Quran (Khatam Al-Quran) desa Pambusuang Karama Kec. Balanipa Kab Polewali Mandar
 Nah,, ini salah satu gambar pekerjaan yang palinga banyak dilakukan oleh perempuan Karama sekarang adalah mendaur ulang tali. Wanita pekerja pada etnis Mandar tidak bertentangan dengan budaya karena dalam tradisi yang dilakukan etnis Mandar memperbolehkan wanita dalam satu keluarga untuk bekerja. Budaya seperti ini dikenal dengan istilah Siballiparri



 
Ini gambar Mappatamma Korang (Al-Quran). Anak-anak yang sudah menamatkan Al-Quran akan dinaikkan di atas kuda kemudian diarak keliling kampung agar semua anak termotivasi untuk lebih giat belajar membaca Al-Quran..
Nah,, setelah arak-arakan selesai,, inilah saat-saat yang ditunggu-tunggu,, Makan :D nyamiiii,, oeenaaakkk :)
hari ketiga, kami mengunjungi pembuatan minyak kelapa di Kel. Labuang Utara, Membuatan Gula merah di Desa Simbang Sarung,  mengunjungi membuatan perahu di Desa Bonde dan membuatan sarung mandar.. 
ini gambarnya,,,,,,
 membuatan sarung mandar.. 

membuatan perahu di Desa Bonde

   
Pembuatan Minya Kelapa

Pembuatan Gula Merah

Selain siang, malam, kami punya aktivitas juga lho,, mau tahu ?? pasti mau !!!! ini aktivitas kami,, serasa suasana ini milik kami,, heheh
hari keempat sekaligus malam penutupan,, sekaligus malam perpisahan :'( :'( nahhhhh... disini mi sedih-sedihnya.. :( :( saya tidak lebay,, memang benar saya sedih,,, pisah dengan kalian,,hehheheheh jangan bilang-bilang yah,, bahkan ada salah satu peserta nangis sambiil meluk saya,, siapa dia orangnya ??? hehhehe rahasia..:P

..... mau foto lagi tidak ???
 
 


 
 
nih,,, foto mereka2 yang kocak :P
ooooiya,,, udah dulu yah,,, saya udah capeeeee.. saya mau istirahat dulu,, soalnya udah pukul 00.00 :( byeeeeeeee Miss YOU JETRADA II